Kasus Bullying atau kekerasan di sekolah maupun di lingkungan, sering
terjadi dan seringkali muncul kepermukaan namun kurang mendapat
perhatian dari pihak sekolah baik kepala sekolah maupun guru guru bahkan
orang tua sekalipun. Kejadian bullying dianggap hal biasa dan bisa di
selesaikan secara kekeluargaan. Padahal dampak atau trauma yang dialami
anak anak korban bullying tidak akan terhenti hanya dengan
terselesaikannya masalah tersebut.
Korban
Bullying biasanya mengalami trauma yang berkepanjangan. Hal itu sangat
berdampak bagi kondisi psikologi dan kelangsungan pendidikan anak di
masa depan. Ada yang stress hingga mau bunuh diri. Bullying tidak hanya
diartikan kekerasan dalam bentuk fisik. Namun juga kekerasan psikis.
Bullying bisa terjadi terhadap perempuan maupun laki-laki.
A. APA YANG DIMAKSUD DENGAN BULLYING...???
BULLYING
adalah penggunaan kekuasaan atau kekuatan untuk menyakiti seseorang
atau sekelompok, sehingga korban merasa tertekan, trauma dan tidak
berdaya. Kejadiannya selalunya berulang.
B. BENTUK BULLYING
1. Secara fisik :
mendorong dengan sengaja, memukul, menampar, memalak atau meminta paksa barang yang bukan miliknya (lazim pada anak laki-laki)
2. Secara verbal :
memaki, mengejek, calling names, menggosip (lebih pada anak perempuan)
3. Secara psikologis :
mengintimidasi, mengecilkan, mengabaikan dan mendiskriminasikan.
4. bahkan yang lebih canggih dengan mengirim ejekan melalui SMS atau MMS di telepon selular atau pun melalui email.
Bullying
cenderung terjadi pada anak yang terkesan lemah, berbeda dari yang
lain, tidak berdaya untuk membela diri, tidak punya banyak teman.
C. DAMPAK BULLYING :
Akibat
bullying ini tidak dapat dikatakan main-main. Ianya mengganggu
perkembangan sosial dan emosional anak mulai dari yang ringan, sedang
hingga yang serius dan mampu berakibat pada kematian. Yakni:
1. Prestasi belajar menurun
2. Phobia sekolah
3. Gelisah, sulit tidur
4. Gangguan makan
5. Menyendiri, mengucilkan diri
6. Sensitive, lekas marah
7. Agresif , bersikap kasar pada orang lain (contoh : pada kakak atau adik bahkan orang tua)
8. Depresi
9. Hasrat bunuh diri
(Data dari Jepang dinyatakan bahwa 10% korban bullying mencoba bunuh diri)
D. PATUT DIINGAT :
1. Korban bisa anak laki-laki maupun perempuan.
2. Pelaku juga dapat anak laki-laki atau pun perempuan.
3.
Bullying juga dapat dilakukan oleh orang dewasa, seperti guru/kepala
sekolah, guru les, tetangga, oom & tante, bahkan orangtua
sendiri...!!!!
3. Biasanya terjadi di waktu yang tidak ada orang yang
melihat/pengawasan/guru; sebelum pelajaran dimulai, jam istirahat,
pulang sekolah, di kantin, di WC, di jalan yang sepi, di rumah kosong.
4.
Menganggap bahwa itu hanya kegiatan ‘iseng belaka’ dan ‘kamu akan
baik-baik saja’ bukan lah respon atau sikap yang diharapkan korban dari
orang dewasa/guru maupun pihak sekolah.
5. Ancaman untuk bunuh diri dari korban. Jangan pernah anggap remeh dengan ancaman yang satu ini.
6.
Beberapa sekolah di Jakarta bahkan di daerah masih banyak yang
menganggap bullying adalah hal yang "jamak". Pastikan pihak sekolah
anak-anak kita ‘AWARE’ akan hal ini.
E. APA YANG ORANG TUA DAPAT LAKUKAN :
1. Selalu amati dan kenali perilaku anak-anak kita sehari-hari.
2.
Bila ternyata anak kita merupakan korban, dengarkan apa yang ingin ia
sampaikan (meskipun kesannya ‘sepele’), “aku gak mau sekolah… aku gak
suka temanku… temanku jahat ”.
Pada anak yang lebih kecil biasanya akan mengatakan : “temanku nakal”.
Kurang lebih ‘cry for help’ mereka adalah seperti itu.
Jadilah orang tua yang mau mendengarkan, memahami & memberikan perhatian dengan penuh kasih sayang pada anak.
3.
Ajarkan anak untuk berbicara dan terbuka pada orang dewasa di sekolah,
misal : guru, wali kelas, guru BP, kepsek. Semuanya dimulai dari rumah
dengan selalu membuka komunikasi yang terbuka, sehat & positif serta
penuh kasih sayang pada anak.
4. Untuk tetap berada di kelompok, terutama di waktu yang tidak terawasi guru
5.
Tidak terlalu disarankan to fight back pada pelaku. Tetapi cukup
mengatakan : “Hentikan, saya tidak suka dengan perlakuan kamu” dan
kemudian tinggalkan si pelaku.
6. Latih anak bagaimana berperilaku (anticipated coping behavior) jika kejadian berulang.
7. Ajari anak untuk bersikap asertif pada banyak hal (they’re gonna need it in the future, anyway)
8.
Terkadang mengajak anak untuk berempati pada pelaku (karena kemungkinan
si pelaku juga merupakan korban bullying juga) bisa cukup membantu.
9. Pastikan bahwa “Anak merasa nyaman untuk menjadi dirinya”. Ini yang penting tentunya.
10.
Jangan tunggu lama untuk menyelesaikan masalah atau mencari pertolongan
professional jika gejala terlihat mengarah ke serius. Lebih cepat
ditangani lebih baik & lebih tepat..!!
11. Apabila
diperlukan/kejadian Bullying ini telah mengarah pada tindak kekerasan
yang berakibat fatal seperti mengakibatkan kecacatan atau mengancam
nyawa anak, jangan segan segan melaporkan kejadian tersebut pada Pihak
Sekolah maupun Pihak Berwajib.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar